AmbaritaNews.com | Jakarta - Bila menelusuri fakta keadaan masyarakat dasawarsa ini sungguh memprihatinkan. Daya kemampuan masyarakat sangat menurun sehingga dunia usaha lesu dan banyak usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) tidak mampu bertahan. Ada apa sebenarnya yang terjadi.
Ketika awak media mendapatkan komunikasi dengan Prof Sutan Nasomal, SH., MH maka informasi masalah saat ini diperbincangkan sehingga hal ini harus menjadi perhatian luas oleh pihak pihak terkait.
Masa masa berat dirasakan dari 2019 yang lalu ketika krisis dunia terjadi. Hal ini tercatat pula dalam banyak media berita online dan televisi.
Catatan tersebut menjadi gambaran duka di ingatan masyarakat dengan fakta-fakta yang bisa lebih banyak lagi dari pada angka-angka yang sudah dipaparkan.
Jumlah pengangguran di bulan Agustus tahun 2024 saat ini di Indonesia sudah mecapai 7,47 juta jiwa.
Tahun 2024 jumlah masyarakat yang terkena dampak pemutusan hubungan kerja (PHK) 70.000 orang dan akan terus bertambah.
Jumlah masyarakat miskin berjumlah 25,22 juta jiwa.
BPS juga melaporkan jumlah masyarakat menengah yang rentan menjadi miskin 47,85 juta jiwa.
BPS juga merincikan ditahun 2024 jumlah lulusan SMA/SMK yang tidak mendapatkan kesempatan bekerja mencapai 3,7 juta orang.
Bahkan Indonesia masuk tiga besar negara dengan tingkat kelaparan yang tertinggi di ASEAN
60% penduduk Indonesia terjerat hutang, maka setiap mendapat gaji atau penghasilan usaha terjadi pembayaran hutang. Minat belanja akhirnya menurun. Maka daya beli masyarakat menurun dan seratus persen pasar sepi baik di desa dan kota.
Selama pandemi Covid-19 kemiskinan pada masyarakat terjadi sangat tinggi di wilayah Jawa dan Bali mencapai diangka merah. Hampir seluruh sektor perusahaan melakukan pengurangan tenaga kerja dan krisis modal juga terjadi. Maka setelah Vovid-19 selesai belum juga terjadi pemulihan perbaikan ekonomi. Maka semakin sulit berkembang maju masyarakat di Jawa dan Bali baik di UMKM dan di sektor pariwisata mengalami krisis dibidang usaha.
Sampai akhir Agustus 2024 angka kemiskinan masih di 26 juta dan banyak pihak yang meragukan angka kemiskinan berkurang melihat semakin hilang kemampuan daya beli masyarakat.
Ketika pihak media meminta informasi ke masyarakat yang bekerja sebagai ojek online (ojol). Maka penghasilan para tukang ojek ini bisa menjadi cermin bahwa ekonomi membaik atau tidak selama dari tahun 2020 sampai 2024. Keluhan mereka sama, susah usaha sekarang karena daya beli masyarakat menurun. Ojek online atau ojek pangkalan mengalami banyak kerugian karena minim pendapatan. Pihak ojek juga mengalami kesulitan untuk bisa mendapatkan uang sekedar untuk sepiring nasi. Hidup dalam tekanan yang sangat berat.
Cermin bahwa ekonomi membaik atau tidak membaik selama dari tahun 2020 sampai 2024. Keluhan mereka sama, susah cari uang sekarang dan penghasilan pendapatan mengojek selalu menurun. Kadang cuma dapat dua tarikan selama satu hari yang rata rata Rp20.000/hari, karena daya pendapatan masyarakat menurun. Penghasilan yang menurun jauh mengakibatkan banyak pengojek berhutang gali lobang tutup lobang dan terjebak banyak hutang.
Salah satu konter Hp juga menjelaskan kepada media dengan pengalamannya selama tahun 2020 bulan Juli sampai Agustus 2024 di Jakarta menceritakan bahwa pengahasilannya juga mengalami masalah. Masyarakat semakin jarang membelanjakan uangnya, mungkin tidak punya uang. Konter Hp banyak yang bangkrut. Boleh dikatakan konter Hp adalah pengusaha kecil yang banyak merugi dan tenggelam dalam hutang dan sulit bisa membayar. Semua pengusaha merasakan sulitnya cari uang selama 4 tahun ini. Kemampuan mencari pendapatan uang sehari Rp50.000 saja susah untuk makan bersama keluarga tiap harinya.
Melihat masyarakat kecil yang mendapatkan banyak kesulitan pendapatan dari tahun 2020 sampai 2024 karena daya kemampuan masyarakat membelanjakan uangnya semakin mengecil, sehingga perputaran uang tidak ada daya hampir di seluruh provinsi kota dan kabupaten Indonesia. Prof Sutan Nasomal, SH., MH menyampaikan kepada media dan menghimbau pemerintahan yang dipimpin oleh Presiden yang baru Bapak Prabowo agar memperkuat program ekonomi masyarakat kecil dan kembali melakukan kemudahan serta memberikan kesempatan para pengusaha kecil ini bisa mendapatkan pinjaman modal dengan bunga kecil.
Prof Sutan Nasomal, SH., MH juga menghimbau sektor pajak agar meringankan masyarakat kecil. Buat makan saja susah apalagi harus dibebankan membayar pajak. Masyarakat merasakan kesulitan untuk mendorong usahanya. Kebijakan pada kenaikan pajak yang dilaksanakan oleh pemerintah di masa lalu menjadi beban berat untuk masyarakat luas karena setelah selesai pandemi Covid-19 belum ada perbaikan ekonomi
Langkah-langkah hebat harus dilaksanakan oleh Pemerintah Kabinet Merah Putih agar lapangan pekerjaan bisa ada untuk masyarakat, karena angka pengangguran sangat tinggi serta membuka keran-keran ekonomi untuk masyarakat kecil agar bisa makan dan bertahan hidup. Pada siapa lagi masyarakat menyampaikan keluhannya kecuali pada pemerintah agar ada yang mendengar.
Narasumber: Prof Sutan Nasomal, SH., MH