AmbaritaNews.com | Kabupaten Brebes - Pada sesi Hari Raya Idul Fitri 1 Syawwal 1444 Hijriyah ini, Wartawan Media Online Ambarita News berkesempatan mewawancarai langsung seorang mantan tenaga pendidik (guru,red) bahasa Jerman di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) di era tahun 1960 an.
Meskipun usianya terbilang sudah senja, H. Oedjang Roeslim, BA berusaha memberikan sedikit ulasan (kisah hidupnya) menjadi guru bahasa Jerman SMAN dan sekolah swasta di Jakarta.
Menurut anak ketiga dari lima bersaudara yang berasal dari keluarga petani di Desa Malahayu, Kecamatan Banjarharjo. Dirinya mengenyam pendidikan di Sekolah Rakyat (SR) hingga bisa kuliah di Universitas Indonesia (UI) Salemba Jakarta Jurusan Sastra Jerman atas dorongan kedua orang tuanya.
"Sedikit gambaran, guru bahasa Jerman saat itu memang dibutuhkan untuk mengajar di sekolah-sekolah menengah atas, baik negeri maupun swasta," terangnya, Senin (24/4/2023) siang di bilangan Blok III RT 09 RW IV.
Dalam menempuh pendidikan hingga duduk di bangku kuliah, sambung Oedjang, aral dan rintangan dihadapkan padanya. Namun motivasi dari kedua orang tua serta semangat untuk mencapai cita-cita, akhirnya bisa menjadi guru pendidikan bahasa Jerman.
Pria kelahiran 85 tahun silam itu menuturkan, semasa menjadi guru bahasa Jerman (sebelum diangkat,red) honor yang diterimanya hanya Rp100 per bulan. Karena aktif mengajar, kemudian dirinya diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Menyudahi perjumpaan nya, Oedjang berharap agar Pemerintah Republik Indonesia tetap meng gratiskan biaya pendidikan dari jenjang SD, SMP dan SMA Negeri serta meningkatkan mutu pendidikan.
"Untuk mencari makan aja rakyat sulit, apalagi ditambah uang jajan (uang saku, red) anak-anaknya. Mohon sekali lagi kepada petinggi-petinggi di Republik Indonesia, tiadakan iuran atau pun pungutan di dalam dunia pendidikan," tandasnya. [Diori Parulian Ambarita]